DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..........................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................
A. Latar belakang..................................................................
BAB II: TINJAUAN TEORI..............................................................
A. Deffinisi..........................................................................
B. Tingkat Kecemasan dan karakteristik................................
C. Faktor Pencetus Ansietas..................................................
D. Mekanisme Kkoping Terhadap Ansietas............................
BAB III: PEMBAHASAN.................................................................
BAB IV: PENUTUP.........................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................
B. Saran...............................................................................
Daftar pustaka.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak sangat rentan terhadap penyakit, oleh karena itu sangat diperlukan tindakan preventif. Akan tetapi apabila anak mengalami sakit dan keluarga tidak dapat mengatasi karena kondisi anak terlalu parah, maka perawatan di rumah sakit sangat dibutuhkan. Perawatan anak di rumah sakit berfungsi untuk melengkapi suatu lingkungan dimana anak yang sakit dapat dibantu untuk mengatasi atau meringankan penyakitnya (Sacharin, 1996). Tujuannya adalah untuk menyembuhkan atau memperbaiki status fisik dan mental, sehingga anak dapat berkembang dalam keterbatasannya dan hospitalisasi adalah salah satu cara yang dapat ditempuh selama anak sakit.
Kecemasan adalah hal yang akrab dalam hidup manusia.Kecemasan bukanlah hal yang aneh, karena setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan dengan berbagai variannya. Kecemasan sangat berhubungan dengan perasaan tidak pasti dan ketidakberdayaan sabagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau keadaan. Keadaan emosi ini dialami secara subjektif, bahkan terkadang objeknya tidak jelas.
Dalam menjalankan peran yang dimiliki sering kali orang tua dihadapkan pada kondisi yang sulit, terlebih lagi apabila ada anggota keluarga yang sakit, sementara pada saat yang bersamaan juga dituntut untuk menjalankan peran penting di tempat lain. Konflik sering muncul, apakah berada di rumah atau menunggui anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit (Supartini, 2004).
Cemas merupakan respon yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semuanya itu berdampak pada proses penyembuhan (Sukoco, 2002).
Kecemasan terhadap hospitalisasi anak seharusnya sebagai suatu respon yang wajar terhadap tekanan atau peristiwa yang mengancam kegidupan anaknya karena dianggap sebagai pengalaman emosional yang berlangsung sangat singkat (Ibrahim, 2002). Namun demikian pada beberapa orang tua kecemasan terhadap hospitalisasi ini dapat berkembang menjadi perasaan yang tidak nyaman dan cenderung menakutkan (Kim, McFarlan,dan McLane, 1994).
Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan, khususnya perawatan pada anak. Oleh karena anak merupakan bagian dari keluarga ,maka perawat harus mampu mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, Perry and Hockenberry,2002).
Sebagai perawat, dalam memberikan pelayanan keperawatan, harus mampu memfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa pemberian tindakan keperawatan langsung, maupun pendidikan kesehatan bagi anak atau orang tua. Selain itu, perawat harus memperhatikan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga yang dapat menentukan pola kehidupan anak selanjutnya. Faktor-faktor tersebut sangat menentukan perkembangan anak dalam kehidupan (Alimul, 2005).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Ansietas atau kecemasan adalah gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu yang berada diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008).
Cemas merupakan suatu reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak pasti dan tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam (Stuart dan Sundden, 2002).
Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang tercampur aduk yang terjadi tatkala orang sedang mengalami tekanan perasaan dan pertentangan batin atau konflik. Ada segi yang disadari dari kecemasan selain juga dari segi-segi yang terjadi di luar kesadaran dan tidak dapat menghindari perasaan yang tidak menyenangkan itu (Jatman, 2001).
Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal kecemasan, teori tersebut antara lain:
1. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkanhati urani seseorang yang dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfngsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietass atau kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan atau erpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain maupun masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antar manusia.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasan ini yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
B. Tingkat Kecemasan dan karakteristik
Kemampuan individu untuk merespon terhadap suatu ancaman berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan tingkat ansietas yang dialaminya. Respon individu terhadap ansietas beragam dari ansietas ringan sampai panik.
Respon adaptif
Gambar: rentang respon ansietas
Sumber: Asmadi 2008
Tiap tingkatan ansietas mempunyai karakterustik atau manifestas klinis yang berbeda satu sama lain. Manifestasi ansietas yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakan.
a. Tingkat ansietas ringan
· Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-hari
· Kewaspadaan meningkat
· Persepsi terhadap lingkungan meningkat
· Dapat menjadi motivasi positfi untuk belajar dan menghasilkan kreatifitas
· Respon fisilogis: sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat sedikit, gejala ringan pada lambung, muka berkerut, serta bibir bergetar
· Respon kognitif: mampu menerima rangsangan yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan tindakan.
· Respon perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang menunggi.
b. Ansietas sedang
· Respon fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistol dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia, diare/konstipasi, sakit kepala, sering berkemih dan letih.
· Respon kognitif: memusatkan perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi menyempit, dan rangsangan dai luat tidak mampu diterima.
· Respon perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak, terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak aman.
c. Ansietas berat
· Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja, dan mengabaikan hal yang lain.
· Respon fisiologis: napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, berkeringat dan sakit kepala, pengelihatan betkabut, serta tampak tegang.
· Respon kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi, membutuhkan banyak pengarahan/tuntunan, serta lapang persepsi menyempit.
· Respo perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat dan komunikasi terganggu (verbalisasi cepat).
d. Panik
· Reson fisiologis: napas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya koordinasi motorik.
· Respon kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berfikir logis, persepsi tehadap lingkungan mengalami distorsi, dan ketidakmampuan memahami situasi.
· Respon perilaku dan emosi: agitasi, megamuk dan marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali/kontrol diri, perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang berbahaya bagi diri sendiri dan atau orang lain.
C. Faktor Pencetus Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri sendiri maupun diluar dirinya. Namun demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu:
1. Ancaman tergadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologi atau gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap kebutuhhan dasar.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri, dan hubungan interpersonal.
D. Mekanisme Kkoping Terhadap Ansietas
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami ansietas, maka secara otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping. Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme koping yang digunakan dapat mengatasi ansietasnya. Sumber koping merupakan modal kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu diatasi untuk mencaai keadaan homeostatis dalam diri individu, baik secara fisiologis maupun psikologis. Apabila individu tidak mampu mengatasi ansietas secara konstruktif, maka ketidaakmampuan tersebut dapat menjadi penyebab utama terjadinya perilaku yang patologis.
Secara umum, mekanisme koping terhadap ansietas diklasifikasikan kedalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah dan mekanisme pertahan diri.
1. Strategi pemecahan masalah
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi maslah/ancaman yang ada dengan kamampuan pengamatan secara realistis. Bebrapa contoh strategi pemecahan maslah yang dapat digunakan anatara bebrapa contoh strategi pemecahan masalah yang dapat digunakan antara lain:
a. Meminta bantuan kepada orang lain.
b. Secara besar hati mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi yang ada.
c. Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
d. Menyusun bebrapa rencan untuk memecahkan masalah.
2. Mekanisme pertahanan
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego yaitu usah untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri mekanisme pertahan diri antara lain:
a. Bersifat sementara kerena berfungsi hanya hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal yang tidak menyanangkan dan secara tidak langsung mengatasi masalah.
b. Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.
c. Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan.
Jenis-jenis mekanisme pertahhan diri yang sering digunakan adalah denial, proyeksi, reprasi, regresi, rasionalisasi, fantasi, displocement, undoing, kompensasi, sublimasi.
BAB III
PEMBAHASAN
Setiap individu akan mengalami stress karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat menimbulkan perubahan cara berfikir dalam rangka menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap masalah tersebut (koping) sehingga individu dapat belajar lebih baik atau adaptif (Keliat, 1999).
Berdasarkan fenomena pengalaman dari beberapa orang tua yang anaknya dirawat di rumah sakit, maka didapat bahwa keberadaan anak yang dirawat di rumah sakit ini menyebabkan adanya gangguan. Gangguan ini terutama gangguan psikis dan aktivitas, dimana saat anak dirawat di rumah sakit ada dari beberapa orang tua, bahkan hampir semua orang tua harus menunda aktivitasnya karena harus menunggui anaknya yang sedang dirawat di rumah sakit.
Koping yang digunakan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustrasi hingga depresi (Abraham, 1997). Keadaan sakit dan harus dirawat di rumah sakit pada anak dapat menimbulkan stress pada orang tua, stress pada orang tua ini dapat menimbulkan respon distress emosional seperti marah, ansietas dan depresi. Untuk mencegah, menghindari atau mengontrol distress emosional orang tua memerlukan koping yang tepat.
Kerangka terjadinya kecemasan:
|
| ||||
|
|
|
|
Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya, sehingga apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang tua pun akan stress. Menurut hasil penelitian, menunjukan bahwa pada saat mendengarkan keputusan dokter mengenai diagnosis anaknya merupakan kejadian yang membuat stress pada orang tua. Apabila anak stress selama perawatan, maka orang tua juga akan mengalami stress pula, dan stress orang tua membuat stress anak menjadi meningkat.
Berbagai macam perasaan muncul pada orang tua yaitu takut, rasa bersalah, stress dan cemas menemukan rasa takut pada orang tua selama perawatan di ruamah sakit terutama kondisi anak termal karena takut kehilangan anak yang dicintai dan karena adanya perasaan berduka, stressor lain bagi anak, proses keperawatan anak dirumah sakit harus memberikan kesempatan belajar pada orang tua untuk merawat anak.
Perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung dengan memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua anak, atau secara tidak langsung dengan menolong orang tua atau anak memehami pengobatan atau perawatan apada anaknya. Kebutuhan orang tua terhadap pendidikan kesehatan dapat mencakup pengertian dasar tentang penyakit anak, perawatan anak selama dirumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan pulang kerumah. Tiga domain yang dapat di ubah oleh perawat melalui pendidikan kesehatan adlah pengetahuan, keterampilan, serta sikap keluarga dalam kesehatan, khususnya tenteng anak sakit.
Dari pelaksanaan pendidikan kesehatan diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi pada orang tua anak. Menurut Supartini 2004, bahwa orang tua akan merasa begitu cemas saat melihat anaknya mendapat prosedur yang menyakitkan, rasa cemas paling tinggi di rasakan orang tua pada saat menunggu informasi tentang diagnosis penyakit anak, rasa takut muncul pada orang terutama akibat kehilangan anak karena kondisi keadaan ank yang termal dan keadaan frustasi pada kondisi ank yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan tidak mengalami perubahan.
Hal yang terjadi di klinik tidak sesuai dengan teori yang diharapkan. Ini terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan kecemasan pada orang tua seprti ekonomi, sosial, adaptasi dan sosialisasi terhadap lingkungan rumah sakit, penjelasan diagnosis dan prognosi penyakit dan kemampuan komunikasi perawat.
Pelaksanaan pendidikan kesehatan haruslah benar-benar membarikan pemahaman kepada pasien, keluarga atau masyarakat yang ada di lingkup tanggung jawabnya tentang kesehatan dan perawatan yang dibutuhkan.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cemas merupakan respon yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semuanya itu berdampak pada proses penyembuhan
Cemas merupakan respon yang paling umum yang dialami oleh orang tua ketika ada masalah kesehatan pada anaknya. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa sebab, penyakit kronis, perawatan (caring) yang kurang menyenangkan, tingkat ekonomi keluarga, yang semuanya itu berdampak pada proses penyembuhan.
B. Saran
Berdasarkan hal tersebut di atas diharapkan kepada para ibu yang anaknya dirawat dirumah sakit tidak perlu mengalami kecemasan pada tingkatan yang berat apalagi sampai panik dengan cara menyerahkan semua proses keperawatan anaknya kepada petugas kesehatan sehingga dapat melalukan strategi koping yang tepat.
Bagi perawat di rumah sakit hendaknya dapat melaksanakan peran sebagai pendidik untuk memberikan pendidikan kesehatan yang dapat menurunkan dampah hospitalisasi bagi orang tua yang anaknya mengalami perawatan di rumah sakit.
Bagi rumah sakit diharapkan memberikan pelatihan kepada tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menurunkan dapak hospitalisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keparawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: salemba medika.