Selasa, 02 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PROTEIN CALORI MALNUTRISI

BAB I
PENDAHULUAN


A.      Latar belakang
Diseluruh dunia, malnutrisi merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada masa anak. Malnutrisi dapat berakibat dari masukak makanan yang tidak sesuai atau tidak cukup atau akibat dari penyerapan makan yang tidak cukup. Penyediaan makanana yang tidak cukup, kebiasaan diet jelek, mengikuti mode makanan, dan faktor-faktor emosi dapat membatasi masukan. Kelainan metabolik tertentu juga dapat menyebabkan malnutrisi.
Krisis ekonomi berkelanjutan berdampak buruk bagi pengembang sumber daya bangsa Indonesia. UNICEF 1999 menyebutkan, tingkat inflasi di Indonesia mencapai 80%, pengangguran nyata 17 juta orang, dan tingkat kemiskinan 174 juta orang. Semua ini berdampak pada kekurangan pangan, yang menurunkan kualitas kesehatan dan status gizi masyarakat.
Hingga saat ini masalah gizi utama di Indonesia ada empat, yaitu kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, kekurangan yodium dan kurang vitamin A. KEP merupakan masalah gizi yang paling banyak terjadi, terbukti dengan ditemukannya anak balita (usia 1-5 tahun) penderita KEP berat (marasmus dan kwashiorkor).
Masa balita adalah the point of no returnPerkembangan otak tidak bisa diperbaiki bila mereka kekurangan gizi pada masa ini. Pertumbuhan fisik dan intelektualitas anak akan terganggu. Hal ini menyebabkan mereka menjadi generasi yang hilang, dan negara kehilangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang penting. Walaupun demikian, secara demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum.
Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium (Ngastiah, 1997).
protein          
Istilah protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos yng berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini diprkenalkan oleh seorang ahli kimia Belanda yaitu Gerardus Mulder ( 18012-1880 ), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme.
            Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
            Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik, dalam jumlah maupun mutu seperti telur, susu, daging, unggas, ikan dan kerang. Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain. Kacang keelai merupakan sumber protein nabati yang mempunyai mutu atau nilai biologi tertinggi.
            Kekurangan protein banyak terdapat pada masyarakat sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan  kwashiorkor pada anak-anak dibawah 5 tahun ( balita ).
Kalori ( energi )
            Manusia membutuhan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang  pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak dan protein suatu suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.
            Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian dan gula murni. Semua makan yang di buat dari bahan makanan tersebut merupakan sumber energi.
            Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Akibat berat pada bayi di namakan marasmus dan bila disertai kekurangan protein disebut dengan kwashiorkor.
            sindroma klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan kalori tidak cukup di kenal dengan istilah atau sebutan KKP atau KEP atau PCM






















BAB II
PEMBAHASAN

1.    DEFINISI
Malnutrisi energi protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh (Suryadi, 2001).
PCM adalah suatu penyakit defisiensi gizi dalam keadaan ringan sampai berat (Departemen Kesehatan RI, 1989).
Malnutrisi energi protein adalah keadaan tidak cukupnya masukan protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh atau dikenal dengan nama marasmus dan kwasiorkor (Azis Alimul Hidayat, 2006).
Malnutrisi energi protein adalah anak yang kekurangan protein dan disertai pula dengan defisiensi energi atau nutrien lainnya (A.H. Markum,1996).

2.      KLASIFIKASI
            Terdapat 3 jenis KKP atau PCM, yaitu:
1.      KKP kering: jika seseorang tampak kurus dan mengalami dehidarsi
2.      KKP basah: jika sesesorang tampak membengkak karena tertahannya cairan
3.      KKP menengah: jika seseorang berada dalam kondisi diantara KKP kering dan KKP basah.
KKP kering sering disebut marasmus, merupakan akibat dari kelaparan yang hampir menyeluruh. Seorang anak yang mengalami marasmus, mendapat sangat sedikit makanan, sering disebabkan karena ibu tidak dapat memberikan ASI. Badannya sangat kurus akibat hilangnya  otot dan lemak tubuh. hampir selalu disertai dengan infeksi, jika anak mengalami cidera atau infeksi yang meluas, prognosisnya buruk dan bisa berakibat fatal.
 

KKP basah disebut kwashiorkor, yang dalam bahasa afrika berarti ‘anak pertama-anak kedua’. Istilah tersebut berdasarkan pengamatan bahwa anak pertama menderita kwashiorkor ketika anak kedua lahir dan menggeser anak pertama dari pemberian ASI ibunya. Anak pertama yang telah disapih tersebut mendapatkan makanan yang jumlah zat gizinya lebih sedikit bila dibandingkan dengan ASI, sehingga tidak tumbuh dan berkembang.

 Kekurangan protein pada kwashiorkor biasanya lebih jelas jika dibandingkan dengan kekurangan kalori, yang mengakibatkan:
·         Tertahannya cairan (edema)
·         Penyakit kulit
·         Perubahan warna rambut
            Anak yang menderita kwashiorkor biasanya telah mengalami penyapihan, sehingga usianya lebih besar dari pada anak yang menderiat marasmus.
KKP menengah disebut marasmik-kwashiorkor
Anak-anak yang meenderita KKP ini menahan beberapa cairan dan memiliki lebih banyak lemak tubuh dibandingkan dengan penderita marasmus. Kwashiorkor lebih jarang ditemukan dan biasanya terjadi dalam bentuk marasmik-kwashiorkor. Kwashiorkor cenderung terjadi di Negara-negara dimana serat dan makanan yang digunakan untuk menyapih bayi yaitu: umbi jalar, singkong, beras, kentang dan pisang yangs sedikit mengandung protein dan banyak mengandung zat tepung yaitu dipedesaan Afrika, Karibia, Kepulauan Pasifik dan Asia Tenggara.
            Pada marasmus, sebagaimana terjadi kelaparan, tubuh menghancurkan atau memecahkan jaringan sendiri untuk digunakan, sebagai kalori:
·         Cadangan karbohidrat yang disimpan dalam hati habis dipakai
·         Protein di otot dipecah untuk menghasilkan protein baru
·         Cadangan lemak di pecah untuk menghasilkan kalori. Sebagai akibatnya seluruh tubuh mengalami penyusutan.
Pada kwashiorkor, tubuh hanya menghasilkan sedikit protein baru. Akibatnya kadar protein dalam darah menjadi berkurang, menyebabkan cairan terkumpul di lengan dan tungkai sebagai edema. Kadar kolesterol juga menurun dan terjadi perlemakan pada hati yang membesar ( pengumpulan lemak yang berlebihan dalam sel-sel hati).
Kekurangan protein akan menggangu:
-          Pertumbuhan badan
-          Sistem kekebalan
-          Kemampuan untuk memperbaiki kerusakan jaringan
-          Produksi enzim dan hormon.

3.    ETIOLOGI
1. Peranan diet
Diet yang mengandung cukup energi tetapi kurang protein menyebabkan anak menderita kwarsiorkor, sedangkan diet kurang energi walaupun zat-zat gizi esensialnya seimbang akan menyebabkan anak menderita marasmus.
2. Peranan factor social

Pantangan untuk mengguanakan bahan makanan tertentu yang sudah turun temurun dapat mempengaruhi terjadinya penyakit KEP. Adakalanya pantangan tersebut didasarkan pada keagamaan, tetapi ada pula merupakan tradisi turun temurun. Jika pantangan itu didasarkan pada keagamaan, maka akan sulit untuk diubah. Tetapi jika pantangan tersebut karena kebiasaan maka dengan pendidikan gizi yang baik dan dterus menerus hal tersebut masih bisa diatasi.

3.      Peranan kepadatan penduduk

Dalam World Food Conference di Roma pada tahun 1974 dikemukakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk yang cepat tanpa diimbangi dengan bertambahnya persediaan makanan setempat yang memadai merupakan sebab utama krisis pangan. Sedangkan kemiskinan penduduk merupakan akibat selanjutnya.



4. Peranan infeksi

Infeksi akan memperburuk keadaan gizi. Malnutrisi walaupun masih ringan mempunyai pengaruh negative pada daya tahan tubuh terhadap infeksi.

5. Peranan kemiskinan

Dengan penghasilan yang rendah, ditambahi timbulnya banyak penyakit infeksi karena kepadatan tempat tinggal akan lebih mempercepat timbulnya KEP.

Ø  Pada Marasmus
Penyebab utama dari kekurangan makanan yang mengandung kalori dan protein.
Penyebab umum:
·         Kegagalan menyusui anak : ibu meninggal,anak ditelantarkan atau tidak dapat menyusui.
·         Therapi dengan puasa karena penyakit oleh karena itu tidak boleh puasa lebih dari 24 jam.
·         Tidak dimulainya dengan makanan tambahan.

Ø  Pada Kwashiorkhor
Penyebab utama yaitu makanan tidak ( hampir tidak mengandung protein hewani ) dengan alasan :
·         Kemiskinan
·         Mengetahui dan mengerti penambahan makanan pada bayi/anak
·         Pemikiran yang salah atau tabu
·         Macam-macam infeksi: diare, cacing, anoreksia
·         Khusus: ibu kekurangan ASI, ibu meninggal, ibu sakit berat, ibu hamil lagi, penghentian tiba-tiba dari ASI, penitipan anak/bayi pada nenek.



4.    PATOFISIOLOGI
Terjadinya kwashiorkor dapat diawali oleh faktor makanan yang kadar proteinnya kurang dari kebutuhan tubuh sehingga akan kekurangan asam amino esensial dalam serum yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perbaikan sel. Kemudian produksi albumin dalam hati pun berkurang, sehingga berbagai kemungkinan terjadi hipoproteinemia yang dapat menyebabkan edema dan akhirnya memnyebabkan ansietas gangguan mata, kulit,dan lain-lain.
            Sedangkan terjadinya marasmus juga dapat disebabkan faktor makanan dengn kadar kalori dan protein yang kurang dari kebutuhan tubuh, sehingga dapat terjadi atrofi jaringan khususnya pada lapisan sub kutan dan akhirnya kelihatan kurus seperti orang tua.

5.    MANIFESTASI KLINIK
Marasmus:
·         Badan kurus kering
·         Muka tampak sseperti orang tua
·         Menciutnya otot, lemak hilang dibawah kulit,
·         Letargi
·         Kulit berkeriput
·         Ubun-ubun cekung pada bayi
·         Jaringan subkutan hilang
·         Torgor kulit jelek
·         Malaise
·         Dehidrasi karena diare, feses lunak
·         Iga gambang
·         Perut umumnya cekung
Kwasiorkor:
·         Kegagalan pertumbuhan tampak dengan berat badan yang rendah meskipun ada edema.
·         Edema pada kaki, lengan, pinggang atau muka
·         Otot-otot menciut tetapi lemak bawah kulit masih ada
·         Rewel sampai apatis
·         Rambutnya tipis, warnanya merah seperti warna rambut jagung, rontok, mudah dicabut tanpa rasa sakit.
·         Pembesaran hati

6.    KOMPLIKASI
Kwasiorkor:
·         Diare
·         Infeksi
·         Anemia
·         Gangguan tumbuh kembang
·         Hipokalemia
·         Hipernatremi
Marasmus:
·         Infeksi
·         Tuberkulosis
·         Malnutrisi kronik
·         Gangguan tumbuh kembang

7.    PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium :
-       Albumin
Penurunan kadar albumin, kolesterol dan glukosa
-       Kadar globulin
Kadar globulin dapat normal atau meningkat, sehingga perbandingan albumin dan globulin serum dapat terbalik.
-       Kadar asam amino
Kadar asam amino esensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada asam amino non esensial
-       Kadar immunoglobulin
Kadar immunoglobulin normal, bahkan dapat meningkat
-       Kadar IgA
Kadar IgA sering normal, namun kadar IgA sekretori rendah

8.         PENATALAKSANAAN
·         Makanan tinggi kalori dan tinggi protein dengan biologik meninggi diberikan bertahap (bentuk dan jumlah) mula-mula cair (susu)-lunak-biasa
·         Pembarian tidak sekaligus, banyak mulai dengan sedikit kemudian ditambahkan secara bertahap.
·         Makanan mengandung protein: 3-5 gr/kgBB
·         Makanan yang mengandung kalori 160-175 kal/kgBB
·         Mineral (kalium dan Mg) diberikan karen hilang oleh BAB yang lunak dan untuk pembentukan otot-otot selama masa penyembuhan.
Mineral: 3X/ hari dengan 0,5gr kcl, 0.1gr Mg
·      Rehidrasi bila da dehidrasi
Tugas perawatan:
1.      Pemenuhan kebutuhan gizi pasien dengan memberikan makan sesuai jumlah dan mutu yang dibutuhkan secara teratur
2.      Pengawasan terhadap perkembangan penyakit:
·         Penimbanagn berat badan setiap hari
·         Mengirimkan bahan-bahan pemeriksaan laboratorium (urine, feses, protein darah)
3.      Pengawasan personal higine dan lingkungan
4.      Memberi penjelasan kepada orang tua
5.      Pemberian obat sesuai dengan program dokter




9.    KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A.      RIWAYAT KEPERAWATAN
Riwayat Keluhan Utama
Pada anak umumnya, anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan kekuragan gizi.

Riwayat Keperawatan Sekarang
Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuh kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain. Data fokus yang perlu dikaji dalam hal ini adalah riwayat pemenuhan kebutuhan nutrisi anak (riwayat kekurangan protein dan kalori dalam waktu reltif lama)

Riwayat Kesehatan Keluarga
            Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungn rumah dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat mempengaaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien dan lain-lain.

Pengkajian Fisik
            Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito urinaria.

Fokus pengkajaian pada anak dengan marasmus dan kwasiorkor adalah pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkaran lengan atas dan tebal lipatan kulit). Dengan data didapat:
·         Penurunan ukuran antropometri
·         Gambaran wajah seperti orang tua (kehilangan lemak pipi), edema palpebra
·         Tanda-tanda gangguan sistem pernafasan (batuk, sesak, ronchi, retraksi otot interkostal)
·         Perut tampak buncit, hati teraba membesar, bisisng usus dapat meningkat bila terjadi diare.
·         Edema tungkai
·         Kulit kering, bersisik dan adanya crazi pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering tertekan (bokong,  fosa popliteal, lutut, ruas jari kaki, paha dan lipat paha)

B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan ayang mungkin ditemukan pada anak dengan Marasmik-Kwasiorkor adalah:
1.      Perubahan nutrisi kurang dari  kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
2.      Kekurangan volume cairan berhubungan dengan penurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan cairan akibat diare
3.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat

C.     RENCANA KEPERAWATAN
1.      Perubahan nutrisi kurang dari  kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat, anoreksia dan diare
Tujuan: klien akan menunjukan peningkatan status gizi
Kriteria:
·         keluarga klien dapat menjelaskan penyebab gangguan nutrisi yang dialami klien, kebutuhan nutrisi pemuluhan, susunan dan pengolahan makanan sehat seimbang.
·         Dengan bantuan  perawat, keluarga klien dapat mendemonstrasikan pemberian diet (per sonde/ per oral) sesuai program dietetik.

Intervensi:
1.      Pantau pemasukan makanan setiap hari
Rasional:
Mengidentifikasi kekuatan atau defisiensi nutrisi
2.      Timbang berat badan, ukur lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit setiap pagi
Rasional:
Menilai perkembangan masalah klien.
3.      Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
Rasional:
Rasa tak enak,bau dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuang mual dan muntah.
4.      Jelasakan kepada keluarga tentang penyebab malnutrisi, kebutuhan nutrisi pemulihan, susunan menu dan pengolahan makanan sehat seimbang, tunjukan contoh jenis sumber manakan ekonomis sesuai status sosial ekonomi klien
Rasional:
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang penyebab dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan klien sehingga dapat menerusakan upaya terapi dietetik yang telah ditentukan selama hospitalisasi.
5.      Tunjukan cara pemberian makanan per sonde, beri kesempatan keluarga untuk melakukannya sendiri.
Rasional:
Meningkatkan pertisipasi keluarga dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi klien, mempertegas peran keluarga dalam upaya pemulihan status nutrisi klien

2.        Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peurunan asupan peroral dan peningkatan kehilangan cairan akibat diare.
Tujuan: klien menunjukan keadaan hidrasi yang adekuat
Kriteria:
·         Asupan ciran adekuat sesuai kebutuhan ditambah defisit yang terjadi
·         Tidak ada tanda dan gejala dehidrasi (tanda-tanda vital dalam batas normal, frekuensi defekasi ≤ 1x/24 jam dengan konsistensi padat atau semi padat)
Intervensi:
1.      Kaji perkembangan keadaan dehidrasi klien
Rasional:
Menilai perkebangan masalah klien
2.      Kaji status hidrasi, ubun-ubun, mat, turgor kulit dan membran mukosa
Rasional:
Indikator tidak langsung dari status hidrasi/derajat kekurangan
3.      Monitor tanda-taanda vital
Rasional:
Indikator keadekuatan volume sirkulasi dan mengetahui keadaan umum pasien
4.      Lakukan atau observasi pemberian cairan per infus/ sonde/ oral sesuai program rehidrasi
Rasional:
Upaya rehidrasi perlu dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan volume cairan.
5.      Jelaskan kepada keluarga upaya rehidrasi dan pertisipasi yang diharapkan dari keluarga dalam pemeliharaan patensi pemberian infus/selang sonde
Rasional:
Meningkatkan pemahaman keluarga tentang upaya rehidrasi dan peran keluarga
6.      Pantau masukan dan pengeluaran cairan
Rasional:
Keseimbangan ciran negatif terus menerus menurunkan haluaran renal dan konsentrasi urine dan menunjukan terjadinya dehidrasi
7.      Kolaborasi dalam pemberian intra vena ssesuai indikasi
Rasional:
Diberikan untuk hidrasi yang umum


3.    Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori dan protein yang tidak adekuat
Tujuan: Klien akan mencapai pertumbuhan dan perkembangan sesuai standar usia.
Kriteria:
·         Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.
·         Perkembangan motorik, bahasa/ kognitif dan personal/sosial sesuai standar usia.

Intervensi:
1.      Ajarkan kepada orang tua tentang standar pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai usia anak
Rasional:
Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang keterlambatanpertumbuhan dan perkembangan anak
2.      Lakukan pemberian makanan/ minuman sesuai program terapi diet pemulihan.
Rasional:
Diet khusus untuk pemulihan malnutrisi diprogramkan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan anak dan kemampuan toleransi sistem pencernaan
3.      Lakukan pengukuran antropometrik secara berkala
Rasional:
Menilai perkembangan masalah klien
4.       Lakukan stimulasi tingkat perkembangan sesuai dengan usia klien.
Rasional:
Stimulasi diperlukan untuk mengejar keterlambatan perkembangan anak dalam aspek motorik, bahasa dan personal/sosial.
5.      Lakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi pertumbuhan dan perkembanagan (puskesmas/posyandu)
Rasional:
Mempertahankan kesinambungan program stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dengan memberdayakan sistem pendukung yang ada.

4.      IMPLEMENTASI
 Pelaksanaanya adalah pengelolaan dan perwujudan dan atau realisasi dari rencana keperawatan pada tahap perencanaan yang tealah disusun berdasarkan standar keperawatan yang ada pada tahap perencanaan

5.         EVALUASI
1.      Anak akan toleran dengan diit yang sesuai yang ditandai dengan berat badan dalam batas normal dna tidak terjadi kekambuhan diare, orang tua dapat berpartisipasi dalam perawatana anak
2.      Keseimbangan cairan dapat dipertahankan dalam batas normal yang ditandai dengan pengeluaran urine sesuai, pengisisan kembali kapiler (kapilari refil) kurang dari 3 detik, turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, out put urine sesuai, berat janis urine normal dan anak menunjukan kebiasaan buang air besar dengan konsistensi lembek.
3.      Pertumbuhan fisik (ukuran antropometrik) sesuai standar usia.

Rencana Pemulangan
1.      Jelaskan kebutuhan nutrisi yang adekuat dengan menggunakan gambar-gambar
2.      Jelaskan komplikasi yang dapat terjadi akibat malnutrisi
3.      Ajarkan dan jelaskan orang tua ungtuk mengkonsusmsi makanan yang tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
4.      Berikan penjelasan tentang makanan formula yang perlu diberikan pada anak



















BAB III
PENUTUP


A.      Kesimpulan
PCM / KKP adalah suatu keadaan penyekit defisiensi gizi protein dan kalori dari keadaan yang ringan sampai yang berat dan dapat juga disebut Protein Energi Malnutrisi (PEM).
Yang termasuk dalam PCM / KKP yaitu marasmus, kwuashiorkor, dan marasmik-kwasiorkor. marasmus merupakan keadaan klinis yang disebabkan karena kekurangan kalori, kwashiorkor merupakan suatu keadaan kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang, sedangkan marasmik-kwashiorkor merupakan suatu keadaan peralihan antara marasmus dan kwashiorkor.

B.      Saran
Disarankan kepada ibu-ibu ubtu memberikan ASI sampai umur 2 tahun, karena ASI merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi. Pencegahan penyakit infeksi dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan perorangan. Memberikan bahan makanan yang mengandung protein dan energi serta mengolahnya secara benar.












DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz.2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi ke Dua. Jakarta:                Salaemba Medika.
Departemen Kessehatan RI.1989. Perawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Bakti Husada
Markum, A. 1996. Buku ajar kesehatan anak. Jakarta: FKUI
Suryadi. 2001. Askep Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto







1 komentar:

  1. The King Casino - Herzaman in the Aztec City
    The King Casino in Aztec City 바카라 사이트 is the https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ place where you can find herzamanindir.com/ and casino-roll.com play for real, real money. Enjoy a memorable stay at this worrione one-of-a-kind casino

    BalasHapus